Well, setelah lama berdiam diri di rumah, terus bekerja sampai terbawa perasaan, tidak bisa kemana-mana dan kebosanan yang menumpuk dalam pikiran, ada baiknya kamu bersama sahabat atau keluargamu merencanakan liburan yang akan kembali menyegarkan pikiran dan jiwa.
Liburan di dalam negeri menjadi hal yang harus kamu pertimbangkan untuk jadi prioritas tujuan wisatamu, karena Indonesia punya banyak sekali wisata adat dan budaya yang tidak akan pernah ada habisnya untuk disaksikan, salah satunya adalah upacara adat di Indonesia.
Eksotisme tarian, mantra, pakaian adat dan riuh ramai warga yang melakukan upacara adat pastinya akan memberi kekayaan pengalaman yang sangat berharga bagi Teman BuLiBi semua, dan percayalah kamu akan menemukan berbagai upacara adat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya saat kamu memilih untuk liburan di Indonesia. Ada beberapa upacara adat di Indonesia yang bisa kamu saksikan sebagai pengisi waktu liburanmu. Yuk kita simak uraiannya.
Hoyak Tabuik di Pariaman
Bagi masyarakat Minangkabau khususnya di sekitar Pantai Pariaman, Hoyak Tabuik adalah perayaan lokal untuk memperingati Hari Asyura, yaitu hari gugurnya Imam Husein, cucu Nabi Muhammad SAW dalam pertempuran Karbala. Acara ini selalu diadakan pada tanggal 1 sampai 10 Muharram. Pada awalnya ini adalah upacara Syiah, namun secara akulturasi sudah menjadi tradisi bagi masyarakat di sana yang beraliran Sunni.
Istilah 'Tabuik' merujuk pada bahasa Arab yang berarti peti kayu (tabut). Tabuik sendiri berbentuk kuda bersayap berkepala manusia yang membawa peti kayu di atasnya, seperti legenda pasca kematian cucu Nabi Muhammad tersebut.
Bagi kamu yang mau lihat bagaimana kemeriahan Hoyak Tabuik ini, bisa langsung datang berkunjung ke Kota Pariaman dan melihat rangkaian acara yang berlangsung hampir 2 minggu lamanya. Akan ada arak-arakan dengan alat musik pukul gendang dan tasa, Tari Cakak (berkelahi) untuk merepresentasikan pertempuran Karbala, dan pada puncak acaranya, yaitu pada saat Tabuik disatukan menjadi Tabuik yang besar lalu diarak berkeliling dari sebelum fajar sampai petang hari di tanggal 10 Muharram dan dilarung ke laut setelah magrib.
Upacara Budaya Tabuik menarik ribuan wisatawan sehingga ditetapkan sebagai destinasi wisata budaya ke Pariaman. Tujuan dari festival budaya tidak hanya untuk merangkul upacara adat menjadi lebih kukuh sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia, melainkan juga untuk merangkul wisatawan domestik dan internasional.
Rambu Solo di Toraja
Kematian yang identik dengan duka dan kesedihan pasti akan menghampiri siapapun yang hidup, tapi apa jadinya jika kematian “dirayakan” sebagai sebuah upacara yang sangat mewah penuh kebanggaan dan ditonton oleh ribuan orang? Teman Bulibi harus coba lihat langsung prosesi ini di Tana Toraja.
Rambu Solo merupakan upacara yang bertujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah seseorang yang telah mati menuju alam roh – masyarakat setempat menyebutnya puya.
Upacara ini dibagi jadi 2 bagian, yaitu prosesi pemakaman jenazah yang dimulai dengan arak-arakan dan disemayamkan di lumbung, lalu dilanjutkan dengan prosesi kesenian, di mana ada pertunjukan musik dan tari daerah serta adu kerbau. Kerbau merupakan binatang yang dianggap suci dan diyakini akan mengiringi arwah mereka yang telah mati.
Di beberapa desa, seperti di kawasan adat Kete Kesu, hanya dengan membayar Rp5.000 untuk wisatawan lokal dan Rp10.000 untuk wisatawan asing, pengunjung dapat masuk dan melihat cagar budaya di kawasan adat Kete Kesu. Pengunjung akan disambut hamparan sawah yang luas, lengkap dengan beberapa ekor kerbau yang sedang digembalakan. Bagi masyarakat Suku Toraja,. semakin banyak jumlah kerbau yang digunakan dalam upacara Rambu Solo, ada keyakinan sang arwah akan semakin cepat menuju alam roh.
Lampah Budaya Mubeng Benteng di Yogyakarta
Kalau kamu suka jalan-jalan malam dalam keheningan dan melakukan muhasabah diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik, ada baiknya kamu coba ikut Mubeng Benteng yang diadakan di sekitar Kraton Yogyakarta.
Kirab ini dilakukan pada tanggal 1 Sura Tahun Jawa, yang diikuti oleh Abdi Dalem yang menggunakan pakaian yang sudah ditetapkan keraton baik pria maupun wanita. Kegiatan ini dimulai tepat jam 12 tengah malam. Uniknya ketika kamu mengikuti tradisi ini, kamu harus diam dan membisu, tidak boleh ngobrol atau berbicara satu sama lain. Bagi yang tidak mengenakan pakaian khusus keraton, maka pemandu acara tersebut akan mempersilahkan pengunjung yang mau ikut serta untuk ikut di belakang arak-arakan.
Adapun rute yang ditempuh masih sama seperti tahun sebelumnya yakni Kamandungan Lor - Kauman - Ngabean - Pojok Beteng Lor Kulon - Pojok Beteng Kulon - Jl. MT Haryono - Pojok Beteng Wetan - Jl. Brigjen Katamso - Jl. Ibu Ruswo - Alun-Alun Utara - Kamandungan Lor. Keseluruhan prosesi kegiatan selesai pada pukul 02.00 WIB. Bagi masyarakat Yogyakarta, tradisi Mubeng Benteng ini bertujuan untuk intropeksi dalam rangka pendekatan diri kepada Yang Maha Kuasa dan mendapat perlindungan dan keselamatan.
Cap Go Meh di Singkawang
Bagi kamu yang ingin menyaksikan perayaan yang sangat meriah dan penuh atraksi luar biasa, Cap Go Meh di Singkawang adalah pilihan tepat untuk liburanmu. Singkawang adalah kota di Kalimantan Barat yang menjadi pusat perayaan Cap Go Meh di seluruh Indonesia. Perayaan ini diadakan 15 hari setelah Imlek dan biasanya Kota Singkawang akan penuh dengan ornamen serba merah menyala ala Tionghoa. Dalam perayaan ini, semua warga bahu membahu untuk ikut dalam acara ini, sehingga nuansa toleransi sangat terasa.
Dalam perayaan Cap Go Meh ini ada beberapa rangkaian acara yang sayang untuk dilewatkan, antara lain : Pawai Tatung, Festival Lampion, ritual sembahyang, ritual Buka Mata Replika 12 Naga dan pembakaran 12 naga serta kesenian dan pertunjukan rakyat.
Pawai Tatung adalah yang paling ditunggu – tunggu dalam Cap Go Meh ini karena dalam pawai tersebut, peserta terpilih akan kerasukan roh –roh yang dianggap baik dan dalam keadaan tidak sadar mereka akan melakukan hal-hal di luar nalar manusia, seperti menusukkan benda tajam ke tubuh tanpa terluka ataupun berdarah. Pastikan pawai ini tidak kamu lewatkan ya Teman BuLiBi, jika perlu kamu harus punya itinerary saat liburan di sini sehingga tidak ketinggalan momen-momen penting.
Tradisi Bakar Batu Papua
Dari Timur Indonesia juga terdapat tradisi yang harus kamu ikuti sebagai pengalaman berharga dalam mengisi waktu liburanmu, namanya tradisi Bakar Batu dari daerah Papua. Tradisi Bakar Batu merupakan ritual memasak secara bersama-sama warga satu kampung sebagai tanda rasa syukur, ajang silaturahim (berkumpul sanak saudara, kerabat), menyambut kebahagiaan, dan bahkan mengumpulkan prajurit untuk berperang. Istilah 'bakar batu' sendiri berasal dari proses masak yang benar-benar di atas batu yang dibakar.
Saat ini upacara ini sering dilakukan saat menyambut tamu atau wisatawan yang berkunjung ke daerah pedalaman seperti di Lembah Baliem, Panial, Nabire, Jayawijaya, Yahukimo, Pegunungan Tengah, Pegunungan Bintang, dan lain-lain.
Babi hasil buruan adalah hewan yang paling sering dimasak dalam tradisi bakar batu, bahkan mitosnya apabila babi tersebut mati dalam satu kali panah, maka acara bakar batu akan sukses, namun jika babi tidak mati dalam satu kali panah, bisa jadi ada kendala dalam acara tersebut. Bagi yang tidak mengkonsumsi babi, misalkan yang beragama Islam tetap dapat menikmati acara ini bersama-sama dengan memasak sapi atau ayam di tungku yang terpisah sehingga kehalalannya tetap terjaga, hal ini seperti yang dilakukan masyarakat Walesi (Kab. Jayawijaya) saat menyambut Ramadan.
Jadi bagaimana Teman BuLiBi semua? Apakah kalian sudah punya destinasi untuk rencana liburan? Mengikuti dan menyaksikan upacara adat di Indonesia akan semakin memupuk rasa kecintaan kita pada negeri Indonesia, negeri yang kaya akan ragam budaya serta dengan keramahtamahannya. Selamat Liburan teman-teman, siapkan fisik dan mentalmu, karena ini Bukan Liburan Biasa!
(c) BuLiBi - [Kontributor: Alif Rahmadanil]
Suka dengan artikel ini? Silakan share ke media sosialmu!
Baca juga:
Cari tikel liburan murah:
Comments